Sebenernya ini sudah agak terlambat. Resolusi harusnya dibuat sebelum tahun 2009 menjelang. Sekarang, 33 jam setelah detik pertama di 2009, baru gue kepikiran untuk membuat resolusi.
Flash back. Tanggal 31 Desember 2008, gue janjian makan siang sama temen kuliah di Cabe Rawit. Kami hanya berempat, gue, Rini, Agus dan Ridwan. Ridwan bukan temen kuliah gue, dia anak ITB, temennya Agus dan Rini (Agus kerja di ITB, sedangkan Rini udah lulus S2 ITB tahun 2008). Sepanjang makan siang itu, kami semua ngobrol. Agus curhat, tentang kisah cintanya yang (lagi-lagi) tragis. Sedih banget dengernya. Agus terlihat sangat sedih. Setelah Agus dan Ridwan pulang, tinggallah gue dan Rini, dan tetep, curhat. Menceritakan masa lalu, pengalaman, sampe pada akhirnya ke masalah pribadi.
Hhh… Menurut quote yang pernah gue dapet dari sebuah majalah, hal yang paling mengerikan dari sebuah persahabatan adalah, sahabat mu bisa menebak isi hatimu, walaupun kalian setengah mati menyangkalnya. Dan Rini, bisa seperti itu, menebak apa isi hati gue. Rini, juga (ini yang very surprising) sangat mengenal diri gue dibandingkan gue sendiri. Betapa gue adalah orang yang selalu mendahulukan kebahagiaan orang lain dibanding kebahagiaan gue sendiri, gue yang penuh penyangkalan, gue yang rajin bohong sama diri sendiri, gue yang selalu menyembunyikan perasaan gue yang sebenarnya, gue yang tidak pernah merasakan kebahagiaan yang selama ini gue inginkan dan segala hal dalam diri gue yang selalu gue tutupin.
Kesimpulannya, resolusi pertama 2009 yang mau gue coba jalankan adalah harus bisa jujur sama diri sendiri. Duh, ini pasti susah banget! Harus bisa mengatakan apa yang gue rasakan. Kalo gue lagi sedih, ya sedihlah, kalo lagi bahagia, ya bahagialah. Ga usah berpura-pura bahagia padahal ketika itu lo menderita. Duh, susah pisan..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar