Saat itu cuaca mendung, jarum jam sudah beranjak hampir ke pukul 3 sore. Kami harus bergegas, karena sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.
Di awal pendakian, kami langsung bertemu dengan kawah setelah melewati jalan lebar yang berbatu. Asap tebal menyambut kami saat perjalanan. Bau belerang tercium kuat. Menurut Kang Agung, kami dilarang berada terlalu lama di sana. Asap dan bau belerang dapat menyebabkan keracunan jika terlalu banyak dihirup.
Baru sampai kawah dan area berbatu, nafas saya sudah habis. Ternyata penyebabnya adalah tas yg saya bawa itu luar biasa beraaaaaaaattt.. :D. Saya minta tolong Dicky buat bantu bawa, ternyata Dicky juga sama sama gak kuat bawanya. Akhirnya setelah menghilangkan gengsi dan rasa gak enak, saya minta tolong sama Kang Ilet untuk tukeran tas, karena tasnya beliau kecil. Belakangan baru saya nyadar, biar kecil, tapi tasnya berat banget!
Masih di area kawah, hujan turun lumayan deras. Kami tetap meneruskan perjalanan karena kawasan kawah yang berbatu ini akan berakhir sebentar lagi. Isitilahnya, kagok kalo harus berhenti dulu untuk pake jas hujan. Sesampainya di akhir kawah, kami pun buru buru mengunakan jas hujan, berharap pakaian yg kami kenakan tidak terlalu basah. Sempat beristirahat sebentar sebelum meneruskan perjalanan, kami memakan bekal yang kami bawa agar gula darah tidak terlampau turun drastis.
Melihat jalur yang akan kami lewati menuju tempat perkemahan Pondok Saladah nyali sudah ciut. Sehabis diguyur hujan, pastinya jalan akan lebih sukar dilalui karena licin. Berbekal doa, tekad dan rasa percaya diri, kami semua melanjutkan perjalanan.
Di tengah jalan, Dicky merasakan kakinya kram. Kakinya tidak mampu untuk digerakan. Agung yang pernah mengalami hal serupa turun tangan membantu Dicky. Tak lama kemudian, Dicky pun bisa berjalan lagi. Trek selanjutnya lebih berat lagi, licin dan minim pohon atau setidaknya akarnya untuk dapat dijadikan pegangan. Dicky sempat jatuh dua kali di sana.
Setelah melewati trek licin itu, sampailah kami ke persimpangan antara ke Pondok Saladah dan Tegal Panjang. Mengambil arah ke Pondok Saladah mengharuskan kami melewati hutan homogen Cantigi (Vacsinium faringifolium) selama kurang lebih 15 menit, barulah sampai. Para pria langsung mendirikan tenda karena hari mulai gelap dan hujan belum mau berhenti.
Pondok Saladah (foto diambil keesokan harinya) |
To be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar