Saya ditegur.
Oleh atasan? Pernah. Oleh rekan kerja? Pernah. Oleh Orang tua? Sering. Oleh saudara? Ummm.. :P
Kali ini saya ditegur oleh Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pemberi dan Maha Maha lainnya yakni Allah SWT. Teguran berupa apa? Kehilangan alat komunikasi penting, si beri hitam, 24 jam saja.
|
beri hitam |
Hari itu, saya dan teman teman melakukan aktivitas pekerjaan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa, biasa biasa saja. Ketika kami kembali lagi ke kantor pukul 5 sore, tiba tiba saja saya ingat, saya tak dapat menemukan si beri hitam. Tidak di tas, saku celana, jok mobil ataupun tempat yang dianggap bisa menyebabkan si beri hitam nyelip.
Awalnya saya panik, tapi kemudian saya merasa harus ikhlas namun tak hentinya berikhtiar. Semua tempat yang memiliki kemungkinan kami susuri, tetap tidak ditemukan. Saya pun pulang dengan hati was was, sekaligus mencoba untuk tetap berpikiran positif dan ikhlas.
Esok paginya, saya sudah tidak berusaha mencari, namun tetap berdoa. Teman teman di kantor rupanya mendapatkan sebuah informasi dari banyak saksi kalo beri hitam saya itu ada yang menemukan. Antara percaya dan tidak, saya pun enggan berharap. Isu miring dan negatif, membuat ciut nyali saya. Katanya beri hitam itu ada di tangan seorang wanita, jika disaat kita akan mengambilnya kembali wanita itu meminta 'upah', beri saja. Disamping itu, para saksi dan pemberi informasi, enggan disebutkan namanya. Saya tambah deg degan.
Selepas Maghrib, saya dan Opik (rekan kerja) menjemput beri hitam tersebut ke rumah yang ditunjukkan oleh saksi. Kami diterima dengan ramah oleh seorang pria dan istrinya. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan, beliau pun memberikan si beri hitam itu ke tangan saya. Ini percakapannya :
Pria itu : "Setahu saya, pemilik beri hitam ini namanya Dewi, itu Mbak ya?"
Saya : "Betul Pa."
Pria itu : "Istri saya yg menemukannya kemarin, menurut kabar, beri hitam ini milik salah satu karyawan di ruko depan. Seharusnya memang saya kembalikan, tapi saya khawatir beri hitam ini jatuh ke orang yang tidak bertanggung jawab."
Saya : "Iya, Pa."
Pria itu : " Saya juga punya beri hitam, saya tau kalopun itu beri hitam saya ganti nomor, PINnya akan tetap sama. Saya juga ngeri sama pertanggungjawaban saya di akhirat nanti cuman gara gara saya mengambil hak orang lain yang harganya kurang dari dua juta rupiah."
Saya hanya tersenyum dan mengangguk
Pria itu : "Ini saya kembalikan, tapi saya minta tolong diganti biaya beli charger dan sarung beri hitamnya ya Mbak."
Saya berusaha tidak kaget dan bersikap biasa saja. Lalu saya bertanya, "Berapa harganya Pa?"
Pria itu : "Sembilan puluh lima ribu rupiah. Oya, saya juga minta maaf jika ada beberapa data hilang di beri hitam tersebut."
Saya mengangguk lunglai tapi tetap tersenyum. Opik lalu ikut bicara, "Besok uangnya kami kirim kemari ya Pa, sekarang kami tidak bawa uang." Pria itu mengangguk. Setelah itu, kami pun pamit pulang. Di dalam genggaman saya saat itu ada beri hitam, charger dan sarungnya.
Saya mengecek semua data. Dua folder dokumen dan foto hilang, percakapan via bbm dan what's app semuanya dalam kondisi telah dibaca, settingan email sudah berubah, settingan menu sudah berubah, settingan bbm berubah, beberapa kontak hilang, wallpaper dan ringtone pun berubah. Saya bersyukur bahwa beri hitam ini masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan. Saya lalu berdoa, agar suami istri yang memberikan kembali beri hitam itu kepada saya agar dimudahkan urusannya dan dikabulkan semua keinginannya.
Sesampainya di kosan, ada hal yang mengganggu pikiran saya :
- Mengapa para saksi enggan disebutkan namanya?
- Mengapa para saksi berkata, jika ada yang minta 'upah' tolong diberi saja?
- Untuk apa suami istri itu 'bersusahpayah' membeli charger dan sarung beri hitam utk saya?
- Mengapa dia membaca seluruh percakapan via bbm dan what's app?
- Mengapa settingan beri hitam itu diubah?
- Mengapa dia menghilangkan beberapa folder data dalam beri hitam saya?
Allah memang punya banyak cara untuk menegur umatnya yang lalai. Pertanyaan - pertanyaan tadi tidak membutuhkan jawaban. Dalam kurun 24 jam ini, banyak pelajaran yang bisa saya ambil dan saya jadikan cermin atas perilaku dan amalan saya selama ini. Saya hanya berjanji, jika suatu saat saya ada dalam posisi persis seperti suami istri itu, saya akan mengembalikannya utuh dan tidak akan melakukan hal yang telah mereka lakukan pada beri hitam saya. InsyaAllah.
Wallahualam bi showab.